Minggu, 30 November 2014

Buku Terbaru: MUSIM TELAH BERGANTI

http://goo.gl/qn5LCw


Judul    : Musim Telah Berganti
Genre  : Kumpulan Cerpen Dewasa
Terbit  : Wayang.co.id
Harga : Rp. 10.000,-

Sinopsis :

Tak pernah terbayangkan dalam benak Purwati dan bahkan tak pernah terlintas dalam angannya bila jalan hidupnya akan berakhir seperti ini. Cinta dan asa yang pernah terpupuk dalam hatinya kini musnah, berganti dengan kenyataan pahit yang sangat menyakitkan hati. Purwati tak punya kekuatan untuk melawan arus yang telah menyeret hidupnya ini.

Jika saja orang tuanya tak terbebani hutang budi pada keluarga Suryohadinegoro dan juga kalau saja ia bukan anak perempuan sulung, tentu segalanya tak akan jadi begini. Ia harus pasrah pada kenyataan bahwa ayahnya hampir berada di ujung sakratul maut ketika meminta dirinya untuk menerima pinangan keluarga Raden Mas Suryosubekti. Bapak yang sudah sakit-sakitan akhirnya membuka tabir yang selama ini menyelimuti hidup keluarganya.

“Kalau tidak karena pertolongan  Den Suryohadinegoro, entah apa jadinya hidup keluarga kita sekarang. Beliau telah banyak membantu Bapak. Kini saatnya kita membalas budi baiknya…,” ucapnya lemah.

Permintaan yang tak mungkin dibantah maupun dilanggar. Purwati hanya bisa mengangguk kelu. Pasrah, karena ia memang dihadapkan banyak kesulitan bila menolak keinginan orangtua satu-satunya itu. Ia tak punya pilihan. Jalannya telah buntu. Tak ada lagi setitik cahaya terang yang mampu melepaskannya dari dilema ini.  Ia sudah dibuat terpuruk tak perdaya!

Ia sadar bahwa ini bukanlah perkawinan yang dilandasi cinta. Perkawinan paksa yang berdalih penebusan hutang budi. Dan Purwati sebagai pihak yang harus menebus budi itu. Meskipun itu berarti ia harus mengorbankan segala kepentingan hidupnya sendiri. Termasuk mengorbankan cinta suci yang telah lama bersemi di hatinya.

Cinta sejati yang hanya akan diberikan pada satu orang saja, yakni Prayoga. Tapi harapan dari cinta suci itu kini telah pupus. Hancur. Tak ada lagi harapan untuk membangunnya kembali. Purwati tak sanggup membayangkan, betapa di sudut sana Prayoga terpekur kelu dalam kehancuran hatinya.

“Maafkan aku, Mas Yoga…!” Hanya kalimat itu yang senantiasa bergaung direlung hatinya. Juga saat Pak Penghulu memintanya untuk mengucapkan ijab kabul. Purwati diam, tak mampu berkata-kata.

Dapatkan buku kumcer terbaru: MUSIM TELAH BERGANTI karya Eko Hartono hanya Rp. 10.000. Langsung klik DISINI